Keterangan Gambar : Pelatihan jurnalis warga sentuhan pengabdian
Penarakyat.co.id - Semua orang bisa menjadi jurnalis. Mungkin kata tersebut sangat tepat menggambarkan fenomena di media sosial (Medsos) saat ini.
Ya, jika melihat perkembangan teknologi dan informasi yang kian meningkat. Membuat seseorang dengan mudah menyebar luaskan informasi. Salah satunya melalui sosial media (Sosmed) Instagram dan Tiktok.
Selain itu, banyak dari masyarakat yang rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk berselancar di platform tersebut.
Melihat kesempatan tersebut, Media Online Kalandra. Co. Id mengajak warga di Banyuwangi untuk memanfaatkan Sosmed sebagai sarana untuk mengenalkan potensi-potensi disekitarnya.
Acara yang bertajuk 'Jurnalisme Warga Sentuhan Pengabdian' itu, digeber selama dua hari. Yakni mulai tanggal 30-31 Desember 2022 dengan diikuti puluhan peserta.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di aula Hotel Minak Jinggo, Jl. Untung Suropati No.44, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur.
Memastikan wawasan benar benar berbobot, pada hari pertama pihak penyelanggara mengundang, Ketua Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Banyuwangi, Rudi Hartono Latif dan Ketua Bidang Organisasi Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Banyuwangi, Chofi Zamani.
Kegiatan pelatihan ini dibuka secara langsung oleh Ketua Panitia, yakni Syamsul Arifin alias Mas Bono. Dalam paparannya, dia menyampaikan tentang pentingnya ilmu jurnalistik untuk mempromosikan potensi-potensi desa di Bumi Blambangan.
Tak lupa, Mas Bono juga mengucapkan terimakasih kepada para peserta yang sudah hadir.
Menurutnya, sangat disayangkan apabila dengan adanya perkembangan teknologi informasi tidak digunakan untuk menggali dan mengenalkan kepada publik tentang desanya.
"Melalui pembekalan dasar jurnalis bisa bermanfaat untuk kedeoannya. Terutama membawa perubahan di lingkungan sekitarnya," kata Ketua IJTI Banyuwangi, Jumat, (30/12/2022).
Perlu diketahui, pelatihan ini berisi tentang bagaimana cara menulis berita, memilih angle dalam pengambilan foto dan vidio sesuai kaidah jurnalis.
Asosiasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Banyuwangi, Rudi Hartono Latif, mengatakan, sebuah peristiwa tidak akan sampai ke publik kalau tidak di posting ke media.
"Memang hal buruk lebih cepat viral dibandingkan konten positif. Karena itu kita harus konsisten memposting konten positif," ungkapnya.
Lebih lanjut, Rudi, menambahkan, desa merupakan ujung tombak pemerintahan disuatu negara.
"Indonesia tidak akan menyala karena obor di Jakarta. Melaikan berkilau dari lilin lilin kecil yang ada didesa," tambah Ketua Projo Banyuwangi.
Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Banyuwangi, Chofi Zamani, menyampaikan tentang berita kredibel.
Menurutnya, berita jurnalistik adalah yang mengandung 5W+1H. Yakni informasi tersebut bisa menjawab pertanyaan, apa, dimana, kapan, siapa, kenapa dan bagaimana.
Selain itu, Chofi yang juga sebagai kontributor Trans group, menjelaskan bahaya dari sebuah medsos.
"Medsosmu harimaumu. Gunakanlah mendsos dengan baik. Pasalnya bisa berdampak pada hukum," tuturnya.
"Kalau kita belum tahu fakta dilapangan. Lebih baik jangan mempublish ke media sosial atau khalayak luas. Pasalnya akan menimbulkan multi tafsir," imbuhnya.
Hasil pantauan TIMES Indonesia, peserta pelatihan sangat berantusias. Satu per satu silir berganti mereka bertanya kepada pemateri.
Perlu diketahui, untuk narasumber selanjutnya akan di isi oleh Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Syaifudin Mahmud, yang juga selaku Pemimpin Redaksi (Pimred) Radar Banyuwangi.